Rabu, 21 November 2012

Filosofi Kentut (Fart Philosophy)


Dia ada, tapi nggak ada. Kita tahu dia datang dan ada di sekitar kita, meski kita nggak bisa ngelihatnya. Dialah pembawa pesan yang tak kasat mata, ngabarin bahwa bakal ada yang datang atau mungkin ada sesuatu yang salah. Sangat dekat dengan kita, berhembus bersama udara. Terkadang sangat busuk, sampe bikin kita jijik, mual & marah. Terkadang sangat halus, sampe kita nggak nyadari kehadirannya. Terkadang sangat KERAS!!!, melengking & terdengar konyol, sampe bikin kita geli bahkan sampai terpingkal. Dalam suatu kondisi, kehadirannya bisa memecahkan es (Breaking the ice). Namun, dalam kondisi yang lain, kehadirannya bisa membunuh karakter (Character Assasination) dengan sangat sadis, sangat memalukan. Sebuah kolaborasi yang apik antara nitrogen, oksigen, metan, karbondioksida, hidrogen dan lain-lain, bersinergy membentuk sebuah gas baru, yang kemudian kita namakan "Kentut".  Dalam bahasa Madura, biasa juga disebut "Kentok" yang merupakan singkatan dari "sela epasekKEN gik ngalTOK" yang artinya adalah "dah ditahan-tahan, eh tetep aja keluar". Dan ternyata juga punya nama keren, "Flatulensi" ( Berflatulensi dulu ah... mumpung lagi gak ada orang. KAMPRET!!! flatulensiku busuk banget... mudah-mudahan gak ada orang yang masuk ke ruangan ni n nyium busuknya flatulensiku, hehe...).

Kurasa cukup sudah penjelasan tentang kentut, dah mulai enek. Sekarang, kita kembali dengerin dongeng tentang bagaimana si kentut ini mampir dalam kehidupan kita, mengendap-endap bersama udara, seperti roh jahat dari kegelapan, merasuki hidung kita & orang-orang disekitar kita, ngerampas jiwa kita dengan sadis, membawa kita dalam situasi yang amat sangat memalukan. Atau seperti kembang api yang melesat ke langit malam, memberi warna pada kekelaman... tuh kan jadi ngelantur lagi... hhh... Udah ah, kembali lagi ke dongeng kita, begini ceritanya:

Suatu hari di kontrakan temenku, Ade & Nanang (Ade: meskipun namanya mungkin agak absurd, tapi dia adalah cewek tulen yang kadang ngerasa bahwa dia tu cowo, berjalan seperti cowo, suara seperti cewe n suka banget bilang: "cowok tu ya, sukanya gini, gitu, blablabla..." "ah dasar cowo...". Nanang: kalo aku bilang, wawasannya luas, agak item, kurus, sedikit dekil (dia tu sebenernya lulusan salah 1 SMU favorit di surabaya, tapi mungkin gara-gara dekilnya, banyak orang yang g percaya) n tergila-gila sama Zen, yoga n sempet juga tergila-gila sama teori-teori konspirasi.), aku dan Dee berkunjung kesana. Habis parkir motor, kami langsung masuk n ngobrol panjang, lebar & tinggi. Sampai pada titik dimana sudah tidak ada lagi topik yang bisa kami bicarakan, suasanapun jadi hening, semua yang ada di sana hanya diam menatap TiVi yang dari tadi dicuekin, cukup membosankan... krik... krik.. kriikkk... ... ... Kulihat Dee dah mulai ngantuk n sempet beberapa kali tertidur... ah... apa ini!!!??? oh no... gejala yang sangat familiar, perutku mulai kerasa kembung, seperti ada gelembung-gelembung gas yang berjalan perlahan, mulai dari perut... kebawah... terus kebawah... dan akhirnya... keluarlah sang bintang kita kali ini, sang "Kentut"... Prut...! ... hahhhh... lega... untunglah suaranya nggak begitu keras, pasti nggak ada yang denger, hehehe...

Tapi tiba-tiba, "MO!!! ngentut???"... Ternyata, ada yang luput dari perhitunganku, di sana ada Ade (tentang Ade, ada yang lupa kudeskripsikan, dia punya pendengaran yang peka, terutama kalo itu suara kentut. Sekecil apapun suaranya, pasti dia denger n tahu sumbernya). Waduh gaswat... pelan-pelan kulirik Dee, kuharap dia tertidur n gak denger teriakan si Ade... tik tok... tik tok... (ternyata yang kita lihat di film-film itu gak lebay, saat kita gugup, suara detak jam memang terdengar lebih keras)... tik tok... tik tok... dan... AAAARRRRRGGGGHHHHhhhhh...!!! Dee ternyata nggak tidur, dia sudah menatapku dengan nanar n teriak "BEE... OJO ISIN-ISINI AKU...!!! DI EMPET GAK ISO TAAAA???" (yang artinya adalah: "BEE... JANGAN MALU-MALUIN...!!! MASA GAK BISA DITAHAN???")... HUAAKAKKAAKAKAKAKAKAKKK... gila!!! denger dia marah, bukannya nyesel, aku malah geli dibuatnya. Sambil ketawa, akupun nanya sama si Ade: "emang kerungu ta, Mo? perasaan suarane cuilik banget???" (yang artinya adalah: "masa kedengeran sih, Mo? perasaan kecil banget suaranya???). Adepun menjawab: "arek iki koyo mas Nanang kok... kentutnya berasa gak terdengar kuping manusia...". HUAKAKAKAKAKAKAKAKKKK... akhirnya tawapun memenuhi ruangan itu, memecah kesunyian yang sebelumnya terasa cukup pekat. & begitulah bagaimana kentut membantu kita memecahkan es (Breaking The Ice).

Selanjutnya aku bakal nyeritain sebuah dongeng yang lain tentang kentut. Biar singkat kita langsung saja, begini ceritanya: Beberapa tahun yang lalu, saat aku & Dee masih pacaran, kami pulang ke kampung halaman Dee. Saat itu adalah hari minggu, seperti biasa, dulu hampir setiap minggu, kami pulang ke kampung halaman Dee. Singkat cerita, kami udah sampai di rumah Dee, kedua ortu Dee (sekarang mertuaku) udah nyambut di depan pintu. Turun dari motor, kami nyium tangan mereka, masuk ke rumah n naruh tas yang dari tadi membebani kami. Lalu terdengar dari belakang, ibu mertuaku memanggil kami, beliau nyuruh kami makan (FYI: ibu mertuaku adalah wanita yang cukup "rame", dia seolah gak pernah kehabisan topik buat dibicarain. n sebaliknya, Bapak mertuaku adalah laki-laki yang lumayan pendiam, dan itu yang bikin aku sungkan kepada beliau.). Kamipun beranjak dari tempat kami, menuju ke meja makan. Sesampainya di meja makan, mataku terbelalak, air liurku hampir saja menetes, beeeeeeuuuhhhhhh...!!! sambel terasi... MAKAN ENAK!!!... Nyaaaaammmmmm... terserah apapun lauknya, sambel terasi selalu bisa bikin sisi raksasa dalam diriku bangkit dan membabi buta, menyerang apapun yang ada di meja makan, Nyaaammmmmm...

Baiklah, cukup, sebelum ilerku membanjiri keyboard, kita akhiri episode meja makan ini, sekarang beralih ke depan TiVi. Habis makan, aku & Dee leyeh-leyeh (istirahat) di depan TiVi di ruang keluarga, entahlah, aku sudah lupa, apa yang kami tonton waktu itu, yang jelas, beberapa saat kemudian kedua mertuaku juga bergabung bersama kami, mereka ikutan nonton bersama kami. Seperti biasanya, ibu mertuaku terus saja berkomentar tentang acara yang lagi ditayangin waktu itu, ada aja yang dikomentarinya. Alhasil, ruang keluargapun menjadi rame. & di tengah keriuhan itu, lagi-lagi aku ngerasain ada yang nggak beres di dalem perutku, pasti ni gara-gara sambel yang tadi aku makan dengan beringas. Sepertinya produksi gas lambungku sudah mulai berlebih, waduhhhh... plissssss.... jangan sekarang... tidak di depan mereka... KAMPRET!!! ARRRGHHH... TIDAK... JANGAN... TiiiIIIIiitttttttttttt... akhirnya, Dengan suara sopran yang fals, keluar juga si kentut sialan ni... sumpah!!! malu bangeeeeeettttttt... aku nggak tahu harus ngapain lagi, hanya bisa pasrah, seperti yang udah kubilang, dia telah berhasil ngerampas jiwaku, ninggalin raga pucatku di depan TiVi & di depan kedua mertuaku... SIALAAAAAANNNNN!!!! untuk pertamakalinya, Dee nggak marah, dia malah ketawa. Sedangkan ibu mertuaku, beliau bilang: "nggak apa-apa, dari pada ditahan, ntar jadi penyakit.", yang kemudian dilanjutkan dengan cerita beliau tentang orang sakit yang nggak bisa ngentut... cerita yang paaaanjaaaang dan laaaaamaaaaa... dan Bapak mertuaku, entahlah, aku nggak berani noleh ke arah beliau. Yang jelas beliau tidak berkomentar apa-apa, tapi entah apa yang ada dalam pikiran beliau... apessss... sang kentut sudah membantaiku habis-habisan... & begitulah bagaimana kentut membunuh karakter (Character Assasination).

Ngelihat fakta-fakta tentang efek yang ditimbulin oleh kehadiran sang kentut ini, terutama "Character Assasination Effect" yang bisa ngerusak hidup kita dengan sangat sadis, ada baiknya kita simak kisah beberapa orang yang kukenal, yang dengan cerdas telah berhasil selamat dari jerat maut kentut biadab, berikut ini:

Pertama:
Adalah teman SMPku (di sini aku nggak bakalan nyebutin nama, ini untuk menjaga kehormatan pelaku), begini cara yang dia pake: pas di dalem kelas (posisi duduk temenku tu di deretan terdepan, pojok kiri, deket sama pintu n tempat sampah), saat pelajaran masih berlangsung, dia ngentut, nggak bersuara tapi berbau busuk. Dan celakanya, sang guru beranjak mendekati temenku, alhasil beliau mencium bau busuk yang tidak biasa. Beliaupun bertanya: "bau apa ni yah?". Dengan santai temenku (sang pengentut) menjawab: "Bau sampah, Pak...". Sang guru kembali berkata: "ohh... tolong kamu taruh di luar... ganggu baunya...". Masalah selesai.
Kedua:
Adalah juga temenku (tapi lupa temen SMA atau SMP), settingnya mirip, di dalem kelas juga dan musuhnya juga guru. Yang beda, kali ini yang keluar adalah kentut yang bersuara. Sang guru yang mendengar suara aneh itu jelas saja bertanya: "suara apa barusan?" dan temenkupun (sang pengentut) menjawab: "Suara bangku, Pak... tadi keseret", sang guru: (kembali ngelanjutin ngajar). Masalah selesai.
Dan yang ketiga:
Adalah adik sepupuku, kalo dia pake cara ini: saat itu dia baru bangun tidur, langsung ke ruang tengah tempat dimana aku & Dee sedang nonton TiVi, dan duduk bersama kami. Nggak lama kemudian, tiba-tiba dia batuk cukup keras. Dan yang bikin aku heran adalah ada suara lain yang ngiringin suara batuknya, suara yang bikin batuknya terdengar lebih sumbang. Yuppp, dengan sangat menyesal aku kabarkan, itu suara kentut, Sob... dia mencoba menutupinya dengan suara batuk. Tapi, yang ada malah bikin sang kentut bersuara lebih lantang dari yang seharusnya... Kasian sekali... kamu gagal, li'l brotha... Masalah tidak terselesaikan.

Demikian tips-tips ngindarin jerat maut sang kentut yang aku dapat dari pengalaman temen-temenku. Untuk selanjutnya, silahkan gunakan kreatifitasmu, cari kambing-kambing hitam dari jenis lain yang bisa nyelametin kamu dan sesuai dengan sikon saat "Dia" mendatangimu. Kalo mo make metode pengalihan suara (metode ini lebih rumit), kamu harus terlebih dahulu mengetahui jenis kentut yang mo kamu keluarin. Untuk kentut melengking, bisa kita tutupi dengan siulan atau teriakan kecil. Sedangkan untuk suara kentut keras serak tak beraturan, bisa kita tutupi dengan teriakan, batuk, bisa juga bantingan, seretan atau pukulan benda-benda keras. Tapi yang nggak kalah penting adalah perhatikan juga harmonynya... Jangan sampe suara pengalihan yang sudah kita siapin malah nguatin karakter sang kentut itu sendiri...
..................................... Fin .........................................

4 komentar:

  1. Huakakakakakakak... I'm just laughing and rolling on the floor reading this post. Gila lu Ndro!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe... I'm glad that you like this... well, now you need 2 stop rolling, it makes me dizzy, but keep laughing and no farting... TQ... :)

      Hapus
  2. Nice post... I like it :D

    BalasHapus